Penanganan Masalah Kesehatan Kulit Masyarakat di Permukiman TPA Batu Layang

Sampah adalah sisa buangan dari suatu produk atau barang yang sudah tidak digunakan lagi, tetapi masih dapat di daur ulang menjadi barang yang bernilai. Sampah dibagi menjadi dua, yakni sampah organik dan sampah non organik. Kemudian sampah tersebut akan dibuang masyarakat ke TPS (Tempah Pembuangan Sampah), setelah semua sampah terkumpul akan dipindahkan langsung oleh petugas kebersihan menggunakan truck ke Tempah Pembuangan Akhir (TPA).

Hal yang sama juga terjadi di TPA Batu Layang Kecamatan Pontianak Utara, Kalimantan Barat sebagai tempat tahap akhir dalam pengelolaan sampah. Keterbatasan Pengelolaan Sampah di TPA Batu Layang menyebabkan penumpukan yang tingginya kurang lebih 10 meter. Kondisi ini berdampak pada kesehatan masyarakat di Batu Layang.

Ketika hujan, tumpukan sampah tersebut menyebabkan lindi (cairan dari sampah mengandung senyawa organik) mengalir turun ke air parit dan air tanah yang merupakan sumber mata air utama masyarakat sekitar TPA Batu Layang. Hal itu membuat air berwarna hitam pekat dan berbau tidak sedap. Menurut hasil observasi, salah satu warga mengaku jika air sungai kecil yang mereka gunakan mengakibatkan pada kesehatan, salah satu dampak terbesarnya yaitu kesehatan kulit masyarakat yang terganggu seperti gatal-gatal, kurap, kutu air, dan jamur. Karena sumber air utama penduduk di sekitar TPA adalah air sumur yang berasal air tanah, air lindi ini menjadi berbahaya bagi kesehatan masyarakat.

Pencemaran lingkungan ini sudah lama menjadi masalah bagi masyarakat, kondisi ini diperparah karena tidak adanya keterbukaan dari masyarakat sekitar mengenai permasalahan kesehatan yang dialaminya. Seperti pada saat adanya peninjauan kesehatan yang dilakukan oleh beberapa instansi kesehatan, masyarakat cenderung menghindari dan menutup-nutupi masalah kesehatan mereka dikarenakan Sebagian besar mata pencaharian masyarakat disana adalah pemulung. Mereka takut jika terang-terangan menyatakan masalah kesehatan yang mereka alami, malah menjadi boomerang sendiri bagi masyarakat. Misalnya TPA tersebut akan di pindah, jadi masyarakat akan kehilangan mata pencaharian. Alhasil sulit untuk mencari solusi yang sangat tepat untuk mengatasi atau menanggulangi permasalahan kesehatan yang diakibatkan pencemaran limbah sampah ini.

Pengelolaan sampah di TPA Batu Layang sendiri dinilai kurang tepat, karena pengelompokkan berdasarkan jenis sampah tidak dilakukan di TPA tersebut. Misalnya sampah organik, non organik, rumah tangga, pabrik, tidak dibedakan sehingga menyebabkan pencemaran air yang justru berdampak ke masyarakat. Faktor lain disebabkan juga oleh kurangnya edukasi dari para pemulung yang bekerja disana tentang bagaimana pengelolaan sampah sehingga mereka menyampingkan masalah kesehatan mereka sendiri demi memenuhi kebutuhan hidup mereka. Faktor ekonomi merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi kehidupan mereka disana. Adanya pemulung liar yang tidak tercatat oleh Dinas Kesehatan Lingkungan dan Pertamanan Kota Pontianak yang sembarang masuk ke TPA Batu Layang tersebut tanpa melapor kepada pihak pengelola. Inilah yang menyebabkan persaingan antar pemulung yang merupakan masyarakat setempat dengan pemulung liar. Karena pemulung yang resmi tercatat mendapatkan gaji perbulan, sedangkan pemulung liar tidak mendapat gaji tetapi mengambil sampah yang bukan haknya dan dijual ke luar TPA Batu Layang demi kepentingan pribadi.

Hal ini juga menimbulkan masalah sosial bagi masyarakat, masalah tersebut adalah munculnya ketidaknyamanan antar masyarakat terhadap bertambahnya pemulung liar yang masuk ke pemukiman TPA tersebut. Karena semakin banyak pemulung liar yang masuk, kemungkinan akan menimbulkan masalah baru.

Beberapa masalah diatas memiliki solusinya masing-masing dari Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Pontianak yaitu Ibu Maulidiyah Salim, SKM, M.Kes untuk masalah pencemaran sumber mata air masyarakat harus memiliki pengelolaan air sendiri “kalau ada dana lebih, sebaiknya masyarakat menggunakan penyaringan air dan boleh juga ditambah tawas dan kaporit.” Kata Ibu Maulidiyah.

Jika pengelolaan air tersebut baik, maka masalah kesehatan kulit akan teratasi. Masyarakat dihimbau untuk lebih sadar bahwa bahayanya air kotor bagi kesehatan kulit mereka. Solusi dari Ibu Maulidiyah sendiri adalah anak-anak yang tinggal dipemukiman tersebut tidak dianjurkan untuk mandi di parit dan menggunakan air yang tercemar. “Semua pemulung diharapkan menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) seperti sarung tangan, Masker, sepatu boot, dan helm. Jika hal tersebut dilakukan, maka akan meminimalisir masalah kesehatan kulit masyarakat. Tidak hanya itu, semua kelengkapan APD yang telah digunakan harus diganti dan dibersihkan agar tidak menimbulkan penyakit serta memutus virus dan kuman yang dibawa dari tempat sampah.” Terang Ibu Maulidiyah.

Solusi-solusi tersebut dapat dilakukan jika masyarakat di pemukiman TPA Batu layang tersebut sadar dan peduli akan kesehatan keluarga mereka. “Bagaimana kami bisa memberikan solusi, apabila masyarakat menolak sosialisasi yang kami lakukan. Padahal hal ini penting bagi kesehatan terutama anak-anak yang rentan terkena berbagai penyakit.” Tutup Ibu Maulidiyah selaku peneliti TPA Batu layang.

Penulis : enola.id

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai