Penanganan Masalah Kesehatan Kulit Masyarakat di Permukiman TPA Batu Layang

Hamparan sampah menggunung tinggi di TPA Batu Layang Kecamatan Pontianak Utara Sabtu, 27 November 2021. TPA Batu Layang dikelilingi oleh rumah-rumah warga yang sebagian besar bekerja sebagai pemulung. Pemukiman penduduk tersebut berjarak sekitar 10 meter dari TPA. Hampir disetiap rumah kami menemukan berbagai barang hasil mulung terpampang di halaman depan. Anak-anak dengan gembira bermain disekitar TPA tanpa tahu bahayanya. Aroma busuk juga tercium saat angin berhembus membawa bau tidak sedap dari sampah-sampah yang menggunung. Lebih parahnya sumber mata air tercemar oleh lindi (cairan dari sampah yang mengandung senyawa organik). Lindi ini berasal dari sampah, lalu turun mengalir ke air parit dan air tanah. Hal ini membuat sumur tanah sebagai sumber mata air utama masyarakat TPA Batu Layang tercemar.

Pencemaran air ini membawa dampak buruk bagi Kesehatan masyarakat yang bermukim di sekitar TPA. Ibu Ida salah satu warga disekitar TPA, mengaku jika air sungai kecil yang mereka gunakan, berwarna hitam pekat dan berbau tidak sedap. Ia juga menambahkan bahwa aliran air sungai kecil yang terkontaminasi oleh lindi, berdampak pada kesehatan masyarakat, salah satu dampak terbesarnya yaitu kesehatan kulit masyarakat yang terganggu seperti gatal-gatal, kurap, kutu air, dan jamur. “Itu biasanya sering kena gatal-gatal kalau habis mandi dari air sumur atau sungai, langsung kutuan juga” ujar Ibu Ida. Ia menjelaskan jika setelah mandi menggunakan air sumur atau air sungai mereka akan langsung memiliki kutu rambut berwarna putih.

Lebih lanjut ibu Ida menjelaskan bahwa penyakit kulit yang diakibatkan oleh tercemarnya aliran air sungai lebih sering dialami oleh anak-anak, karena mereka biasanya bersikap acuh terhadap larangan orang tua, untuk tidak mandi di aliran sungai. Ketika diamati, memang terdapat beberapa anak yang bermain di pinggiran sungai. Kami juga berbincang dengan anak-anak tersebut, “Tidak berani mandi kalo surut, tapi kalo banjir biasanya kami ramai-ramai mandi disini” ujar salah satu anak.

Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Pontianak (POLTEKKES) yaitu Ibu Maulidiyah Salim, SKM, M.Kes menjelaskan bahwa sumber air masyarakat yang tercemar oleh lindi mengandung bakteri yang sangat berbahaya bagi tubuh manusia. Jika digunakan secara terus-menerus air tersebut dapat menyebabkan infeksi pada kulit seperti jamur. Ia juga menambahkan jika air yang terkontaminasi lindi tersebut dapat menyebabkan gangguan pencernaan seperti diare, kolera, hingga kerusakan sel otak. “Menurut penelitian yang sudah kami lakukan, 70% masyarakat yang tinggal di sekitar TPA mengalami penyakit kulit yang disebabkan oleh tercemarnya sumber air, di dalam lindi terdapat banyak bakteri aerob seperti streptococcus, Escherichia, Pseudomonas, dan Proteus” Jelas Maulidiyah.

Pencemaran lingkungan ini sudah lama menjadi masalah bagi masyarakat. Pengelolaan sampah di TPA Batu Layang sendiri dinilai kurang tepat, karena pengelompokkan berdasarkan jenis sampah tidak dilakukan di TPA tersebut. Misalnya sampah organik, non organik, rumah tangga, pabrik, tidak dibedakan sehingga menyebabkan pencemaran air yang justru berdampak ke masyarakat. Faktor lain disebabkan juga oleh kurangnya edukasi dari para pemulung yang bekerja disana tentang bagaimana pengelolaan sampah sehingga mereka menyampingkan masalah kesehatan mereka sendiri demi memenuhi kebutuhan hidup mereka. Faktor ekonomi merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi kehidupan mereka disana. TPA menjadi sumber mata pencarian untuk mereka sehingga tidak ada pilihan lain selain tetap tinggal di lingkungan sekitar TPA.

Dari permasalahan tersebut masyarakat sekitar TPA Batu Layang berinisiatif untuk mengatasi masalah pencemaran air lindi dengan mengganti sumber mata air dari sumur tanah ke air PDAM. Masyarakat juga biasa menampung air hujan sebagai cadangan untuk mengurangi penggunaan air PDAM. Hal ini dirasa tepat untuk mengurangi tagihan air PDAM bagi masyarakat yang kurang mampu.

Yanto, salah satu warga yang sebelumnya mengalami permasalahan kulit yang sama akibat pencemaran air lindi mengatakan sudah menerapkan solusi tersebut. Ia menambahkan bahwa setelah menggunakan air PDAM, penyakit kulit yang sempat diderita tidak dialaminya kembali. “Alhamdullilah setelah kite pindah ke air PDAM, udah ndak lagi kena gatal-gatal”. Yanto juga menambahkan “Jadi kite selain pakai air PDAM tu, kite juga nampung air hujan supaya tagihan air ndak bengkak” tutupnya.

Permasalahan kesehatan kulit masyarakat yang disebabkan oleh pencemaran air lindi dapat diatasi dengan mengganti sumber air dari sumur tanah ke PDAM. Masyarakat yang kurang mampu juga menampung air hujan untuk mengurangi penggunaan air PDAM. Solusi ini diharapkan dapat diterapkan untuk masyarakat disekitar TPA lainnya dengan permasalahan yang sama.

Tim Penulis: Rizky Ardiansyah, Rizky Utami Amadhea, Meriyanti Rahmah, Nyemas Tasya D.A.A., Anggun Aryunita, Aulia Nisa Ekadewi

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai